Kamis, 07 Februari 2008

This is my house! This is my home

This is My House! This is My Home!
Terinspirasi dari khotbah salah seorang mahasiswa, yang sempat menjelaskan perbedaan antara istilah house dan home, maka penulis mencoba untuk memikirkan implikasi yang terdapat dalam penjelasan tersebut dalam konteks kehidupan ITA. Tujuan tulisan ini untuk mengembangkan dan memelihara rasa memiliki terhadap Institusi di mana kita tinggal, dan persekutuan yang baik di dalam diri setiap anggota keluarga besar ITA.
Perbedaan House dan Home
Berdasarkan pengertian secara literal, penulis tidak menemukan adanya perbedaan arti yang mencolok dari kata house dan home, sebab kedua kata ini di dalam bahasa Indonesia mengarah kepada satu arti yaitu rumah. Akan tetapi dalam khotbahnya, sang mahasiswa tersebut menjelaskan bahwa kata house mengarah kepada sebuah bangunan untuk tinggal, sedangkan home mengarah kepada sebuah tempat di mana ayah, ibu, dan anak-anak tinggal bersama-sama, dan terdapat persekutuan di dalamnya.
This is My House!
Berdasarkan pengertian kata house di atas, maka penulis memahami bahwa ITA adalah house bagi para penghuninya. Atau dengan kata lain ITA merupakan sebuah bangunan yang dibuat agar para dosen, mahasiswa, dan karyawan dapat tinggal di dalamnya. Dalam pemahaman ini, penulis tidak berusaha menghilangkan fungsi ITA sebagai lembaga pendidikan theologia dan pembentukan para calon hamba Tuhan. Namun justru berangkat dari fungsi itulah maka penulis memahami bangunan ITA ini didirikan, agar proses pendidikan dan pembentukan tersebut dapat berjalan dengan maksimal.
Ada beberapa alasan yang penulis coba kemukakan untuk mendukung pemahaman bahwa ITA adalah house bagi para penghuninya;
1.Terdapatnya gedung asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan tempat tinggal para karyawan, menunjukkan bahwa ITA telah didirikan agar para mahasiswa, dosen dan karyawan dapat tinggal di dalamnya. Hal ini semakin diperkuat dengan peraturan agar para mahasiswa yang belum berkeluarga tinggal di dalam asrama.
2.Ketika seseorang bertanya kepada para mahasiswa, dosen, dan beberapa karyawan “ Di mana Anda tinggal?”, maka jawaban yang seringkali diberikan ialah “Saya/Kami tinggal di ITA.” Jawaban ini menunjukkan bahwa house para mahasiswa, dosen, dan beberapa karyawan tersebut adalah ITA.
3.Pada waktu pembuatan Kartu Tanda Penduduk, beberapa mahasiswa, dosen dan karyawan akan mengisi kolom alamat pada lembar formulir dengan menulis jalan Argopuro 28-34, Lawang. Ini menunjukkan bahwa pribadi yang bersangkutan benar-benar tinggal di sebuah bangunan yang dibuat untuk dihuni, yaitu ITA.
Dari beberapa alasan ini, kita dapat memahami bahwa ITA merupakan house bagi para penghuninya, walaupun mungkin tidak berbentuk seperti house pada umumnya. Sebagus atau seburuk apapun ITA adalah house bagi kita. Oleh karena itu, marilah kita pelihara house ini dengan merawat dan membersihkannya setiap hari. Kalau kotor ya dibersihkan, sampah-sampah dibuang (kerajinan kerja rutinnya ditingkatkan lagi), keamanannya turut dijaga (ini bukan cuma tugas satpam lho), dan sebagainya. Marilah kita pelihara house ini tidak dengan bersungut-sungut atau perasaan tidak enak di dalam hati, melainkan melakukannya dengan sukacita dan kesadaran bahwa “This is my house”. Dengan demikian, kita akan dapat tinggal di dalam ITA dengan nyaman dan sehat.
This is My Home!
Selain ITA adalah house bagi para penghuninya, penulis juga memahami bahwa ITA adalah home bagi mereka yang tinggal di dalamnya. Berikut beberapa alasan yang penulis coba kemukakan untuk mendukung pemahaman bahwa ITA adalah home bagi mereka yang tinggal di dalamnya:
1.Karena adanya orang tua dan saudara-saudara yang kita miliki selama menjalani kehidupan di ITA, yaitu bapak-ibu asrama, dosen-dosen, dan mahasiswa-mahasiswa serta karyawan-karyawan yang juga tinggal di ITA. Atau dengan kata lain, kita mempunyai sebuah keluarga di sini, yaitu keluarga besar ITA.
2.Munculnya perasaan kangen dan rindu di dalam diri para mahasiswa (yang penulis yakini ada di dalam diri para dosen juga) untuk dapat berkumpul bersama kembali di ITA – baik pada waktu liburan, praktek pelayanan, maupun setelah lulus nantinya – menunjukkan adanya sebuah persekutuan yang telah terjalin di dalam keluarga besar ITA.
3.Adanya peristiwa suka dan duka yang dilalui dengan tawa dan tangis bersama-sama selama menjalani kehidupan di ITA, akan menjadi sebuah kenangan yang tidak terlupakan bagi para anggota keluarga besar ITA dan akan semakin mempererat persekutuan di dalamnya.
Dari beberapa alasan ini, kita dapat memahami bahwa ITA adalah home bagi mereka yang tinggal di dalamnya. Sebuah home di mana sebuah keluarga besar tinggal, dan sebuah persekutuan telah terjalin di dalam diri setiap anggota keluarga tersebut. Oleh karena itu marilah kita mengembangkan dan memelihara persekutuan yang baik di dalam keluarga besar ITA, sehingga keutuhan keluarga besar ini dapat tetap terjaga. Komunikasi yang baik di antara setiap anggota keluarga terus ditingkatkan, kesediaan untuk memahami, dan penerimaan terhadap kelebihan serta kekurangan dari setiap anggota keluarga terus dikembangkan, sambil setiap anggota keluarga dituntut untuk terus berusaha memperbaiki dan mengembangkan diri. Marilah kita memelihara persekutuan di dalam keluarga besar ini, dengan kesadaran di dalam hati bahwa “This is my home”. Dengan demikian, ITA akan menjadi home sweet home bagi setiap anggota keluarga besar ITA.
This is My House! This is My Home!
Pada bagian akhir ini, penulis kembali kepada tujuan dari tulisan ini yaitu untuk mengembangkan dan memelihara rasa memiliki terhadap Institusi di mana kita tinggal, dan persekutuan yang baik di dalam diri setiap anggota keluarga besar ITA. Bukan sebuah hal yang mudah untuk mencapai tujuan tersebut, namun penulis meyakini perlu ada langkah yang diambil sebagai lanjutan dari langkah-langkah yang telah dimulai sebelumnya. Oleh karena itu, marilah kita menjalani kehidupan di ITA ini, dengan kesadaran bahwa “This is My House, This is My Home!”. 
Bright

Tidak ada komentar: